Ikuti @fauzinesia

RENAISSANCE

BAB II
PEMBAHASAN
1. RENAISSANCE
        Ini istilah bahasa Perancis. Dalam bahasa Latin, re + nasci berarti lahir kembali. Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarahwan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh sejarahwan terkenal, Michelet, dan dikembangkan oleh J. Burckhardt untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualism, kebangkitan kebudayaan antic, penemuan manusia dan dunia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan. Karya filsafat pada abad ini sering disebut sebagai filsafat renaissance.

Abad pertengahan berakhir tatkala datangnya zaman renaissance yang meliputi kurun waktu abad ke-15 sampai abad ke-16. Abad pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung oleh gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikirn aat terbatas, perkembangan sains sulit terjadi, juga perkembangan filsafat, bahkan dikatakan manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan mencari alternatif itu orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikungkung, sains maju, yaitu zaman dan peradaban Yunani kuno.

Renaissance ialah periode perkembangan peradaban yang terletak diujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Perkembangan itu terutama sekali dalam bidang seni lukis dan sastra. Akan tetapi, diantara perkembangan itu terjadi juga perkembangan dalam bidang filsafat. Renaissance telah menyebabkan manusia mengenal kembali dirinya, menemukan dunianya. Akibat dari sini munculnya penelitian penelitian empiris yang lebih giat.

Berkembangnya penelitian empiris merupakan salah satu ciri renaissance. Oleh karena itu, ciri selanjutnya adalah munculnya sains. Didalam bidang filsafat, zaman renaissance tidak menghasilkan karya penting dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Perkembangan sains ini dipacu lebih cepat setelah Descartes berhasil mengumumkan rasionalismenya. Sejak itu, dan juga telah dimulai sebelumnya, yaitu sejak permulaan renaissance, sebenarnya individualisme dan humanisme telah dicanangkan. Individualisme dan humanisme merupakan ciri renaissance yang penting.

Jadi, ciri utama renaissance adalah humanisme, individualisme, lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama), empirisme, dan rasionalisme. Hasil yang diperoleh dari watak itu ialah pengetahuan rasional berkembang. Filsafat berkembang bukan pada masa renaissance itu, melainkan pada aman sesudhnya (zaman modern). Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisme itu. Agama (Kristen) semakin ditinggalkan, ini karena semangat humanisme. Ini kelihatan sangat jelas pada zaman modern.
Zaman ini sering juga disebut sebagai zaman humanisme, maksud ungkapan ini ialah manusia diangkat dari abd pertengahan pada abad pertengahan itu manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia, kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari gereja (Kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunia.

Menurut Emanuel kant, zaman pencerahan adalah zaman manusia keluar dari keadaan akil balik, yang disebut karena kesalahan manusia itu sendiri. Kesalahan ittu terletak dalam keengganan atau ketidakinginan manusia untuk memanfaatkan rasionya, orang lebih suka berpaut pada otoritas lain diluar dirinya (wahyu ilahi, otoritas agama atau negara).
2. Zaman Modern
Setelah Galileo, Fermat, Pascal, dan Keppler berhasil mengembangkan penemuan mereka dalam ilmu, maka pengetahuan yang terpencar-pencar itu jatuh ke tangan dua sarjana, yang dalam ilmu modern memegang peran yang sangat penting. Mereka adalah Isaac Newton (1643-1727) dan Leibniz (1646-1716). Di tangan dua orang sarjana inilah, sejarah ilmu modern dimulai.
Newton, sekalipun ia menjadi pimpinan sebuah tempat pembuatan uang logam di kerajaan Inggris, ia tetap menekuni dalam bidang ilmu. Lahirnya Teori Gravitasi, perhitungan Calculus dan Optika merupakan karya besar Newton. Teori Gravitasi Newton dimulai ketika muncul persangkaan penyebab planet tidak mengikuti pergerakan lintas lurus, apakah matahari yang menarik bumi atau antara bumi dan matahari ada gaya saling tank menanik.
Persangkaan tersebut kemudian dijadikan Newton sebagai titik tolak untuk spekulasi dan perhitungan-perhitungan. Namun hasil perhitungan itu tidak memuaskan Newton, semua persangkaan dan perhitungan lalu ditangguhkan. Baru kira-kira 16 tahun kemudian soal itu ditanganinya lagi, setelah ia berhasil mengatasi beberapa hal yang ada pada awal penyelidikan belum disadarinya. Teori Gravitasi memberikan keterangan, mengapa planet tidak bergerak lurus, sekalipun kelihatannya tidak ada pengaruh yang memaksa planet harus mengikuti lintasan elips. Sebenarnya, pengaruhnya ada, tetapi tidak dapat dilihat dengan mata dan pengaruh itu adalah Gravitasi, yaitu kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda yang saling berdekatan.
Berdasarkan teori Gravitasi dan perhitungan-perhitungan yang dilakukan Newton, dapat diterangkanlah dasar dan semua lintasan planet dan bulan, pengaruh pasang air samudra dan lain-lain peristiwa astronomi, justru dalam lapangan astronomilah, ketepatan teori Gravitasi makin meyakinkan, sehingga tidak ada lagi yang tidak percaya tentang adanya Gravitasi ini.
Perhitungan calculus atau yang disebut juga diferensial/ integral oleh Newton di Inggris dan Leibniz di Jerman, terbukti sangat luas gunanya untuk menghitung bermacam-macam hubungan antara dua atau lebih banyak hal yang berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur. Misalnya, kecepatan planet mengelilingi matahari yang berbeda-beda sepanjang lintasan, menemukan maxima dan minima dan suatu kurva, menemukan tambahan luas lingkaran bila radius berubah sedikit sekali, dan lain sebagainya. Setelah calculus ditemukan banyak sekali perhitungan dan pcmeriksaan ilmiah dapat diselesaikan, sebelumnya tinggal problematis saja. Tanpa calculus, ilmu matematika tidak dapat berkembang seperti sekarang ini.
Penemuan ketiga yang mendasari ilmu alam adalah pemeriksaan Newton mengenai cahaya dan lazim disebut optika. Dengan mempertimbangkan bahwa cahaya masuk melalui lensa, sedangkan bagian perifer lensa mendekati bentuk prisma, sehingga cahaya perifer terbias menjadi pelangi yang disebut choma tic aberration, maka Newton membuat telescope tanpa lensa, ia menggunakan cermin cekung yang berdasarkan pemantulan cahaya sehingga tidak terjadi pembiasan.
Pada masa sesudah Newton, perkembangan ilmu selanjutnya adalah berupa ilmu kimia. Jika pada masa Newton, ilmu yang berkembang adalah matematika, fisika, dan astronomi. Pada periode selanjutnya ilmu kimia menjadi kajian yang amat menarik. Ilmu kimia tidak mulai dengan logika, aksioma, ataupun deduksi. Semua permulaan ilmu kimia praktis berdasarkan percobaan-percobaan yang hasilnya kemudian ditafsirkan. Pada permulaannya, semua percobaan bersifat kualitatif.
Joseph Black (1728-1799) dikenal sebagai pelopor dalam pemeriksaan kualitatif, ia menemukan gas CO2. Ia melakukan pemanasan terhadap kapur. Hawa yang keluar kemudian dialirkan melalui air kapur yang sudah disaring lebih dahulu. Pada waktu hawa yang keluar dan kapur mengalir, maka air kapur yang jernih menjadi keruh. Demikan pula Henry Cavendish (1731-1810) memeriksa gas yang terjadi jika serbuk besi disiram dengan asam dan menghasilkan hawa yang dapat dinyalakan. Sarjana lain, yaitu Joseph Prestley (1733-1804), menemukan sembilan macam hawa No dan oksigen yang antara lain dapat dihasilkan oleh tanaman. Oksigen ini dapat ‘menyegarkan’ hawa yang tidak dapat lagi menunjang pembakaran. Antonine Laurent Lavoiser (1743-1794) jadilah sarjana yang meletakkan dasar ilmu kimia sebagaimana yang kita kenal sekarang.
Berdasarkan penemuan Black, Cavendish, Priestley, dan lainlainnya, Loveiser melaksanakan percobaan yang didasarkan pada “timbangan” bahan-bahan sebelum dan sesudahnya percobaan. Dengan demikian ia mulai menggunakan pengukuran dalam lapangan kimia; dengan kata lain, ia meninggalkan percobaan yang hanya bersikap kumulatif dan berpindah ke lapangan yang bersifat kuantitatif.
Di samping perkembangan ilmu kimia, zaman yang sama ditemukan bermacam-macam mesin tanpa ada dasar ilmunya, melainkan atas dasar percobaan, misalnya mesin uap, yang kemudian mendasari kereta api, percobaan-percobaan listrik, dan lain-lainnya, penemuan-penemuan itu semuanya melandasi Revolusi Industri (Industrial Revolution) terutama di Inggris, tetapi kemudian juga meluas di seluruh benua Eropa. Penemuan-penemuan empiris tentang kekuatan uap dan penemuan lainnya kemudian dijadikan percobaan-percobaan dalam laboratorium. Pemeriksaan itu akhirnya menghasilkan hukum-hukum dan rumus empiris, yang melandasi perkembangan teoretis selanjutnya.
Kalau penemuan ilmu kimia dan penemuan mesin-mesin pada awalnya tidak langsung mempunyai hubungan dengan teori ilmu sebagaimana dikembangkan oleh Galileo, Descartes, Keppler, Pascal, Newton, dan Leibniz, perkembangan ilmu setingkat lebih maju dan pada apa yang telah dicapai oleh sarjana-sarjana yang telah disebut tadi.
Secara singkat dapat ditarik sebuah sejarah ringkas ilmu-ilmu yang lahir saat itu. Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika. Di abad ke-9 lahir semisal pharmakologi, geofisika, geormophologi, palaentologi, arkeologi, clan sosiologi. Abad ke-20 mengenal ilmu teori informasi, logika matematika, mekanika kwantum, fisika nuklir, kimia nuklir, radiobiologi, oceanografi, antropologi budaya, psikologi, dan sebagainya.
Perlu diketahui pula bahwa pada zaman modern ini terjadi revolusi Industri di Inggris, sebagai akibat peralihan masyarakat agraris dan perdagangan abad pertengahan ke masyarakat industri modern dan perdagangan maju. Pada abad inilah James Watt menemukan mesin uap (abad ke-18), alat tenun dan Inggris menjadi penghasil tekstil terbesar, kemudian diikuti Amerika Serikat dan Jepang menjadi negara industri.
Setelah abad ke-18 berakhir maka perkembangan ilmu modern selanjutnya, yaitu pada abad ke-19. Pada abad ini penemuan yang dianggap sebagai penemuan abad tersebut idalah dengan ditemukannya planet Neptunus. Sedang pada abad XX, secara garis besar terjadi perkembangan yang sangat liias dalam beberapa bidang ilmu. Misalnya ilmu pasti, ilmu kimia, ilmu fisika, kimia organik, biokimia, ilmu astronomi, ilmu biologi, dan fisika nuklir. Di samping ilmu-ilmu yang jelas bersifat kuantitatif tersebut, berkembang pula ilmu-ilmu yang permulaannya bersifat kualitatif, seperti ekonomi, psikologi, dan sosiologi. Perkembangan pesat dalam bidang astronomi pada abad XX ini seperti ditemukannya planet terakhir, yaitu Pluto (1930) setelah abad sebelumnya, yaitu abad XIX telah ditemukan planet Neptunus dengan didasari perhitungan yang menggunakan sistem Newton. Dalam abad XX ini pengetahuan diperluas. Kalau dalam abad XIX tidak dapat diterangkan sumber energi matahari, sekarang dapat diketahui bahwa energi tersebut terjadi berdasarkan perubahan atom, yang zaman sekarang menjadi tenaga nuklir.
a. Ilmu yang Berbasis Rasionalisme dan Empirisme
Dengan bertambah majunya alam pikiran manusia dan makin berkembangnya cara-cara penyelidikan pada zaman modern ini, manusia dapat menjawab bnyak pertanyaan tanpa mengarang mitos. Menurut A. Comte, dalam perkembangan manusia, sesudah tahap mitos, manusia berkembang dalam tahap filsafat. Pada tahap filsafat, rasio sudah terbentuk, tetapi belum ditemukan metode berpikir secara objektif. Rasio sudah mulai dioperasikan, tetapi kurang objektif. Berbeda dengan pada tahap teologi, pada tahap filsafat ini manusia mencoba mempergunakan rasionya untuk memahami objek secara dangkal, tetapi objek belum dimasuki secara metodologis yang definitif.
Pada zaman modern filsafat dan berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak keseluruhan filsafat modern itu mengambil warna pemikiran filsafat sufisme Yunani, sedikit pengecualian pada Kant. Paham-paham yang muncul dalam garis besarnya adalah rasionalisme, idealisme, dan empirisme. Dan pahampaham yang merupakan pecahan dan aliran itu. Paham rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan.
b. Perkembangan Filsafat pada Zaman Modern
Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan menggunakan penalaran induktif. Penalaran induktif ialah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dan pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Misalnya pada pengamatan atas logam besi, aluminium, tembaga, dan sebagainya, jika dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang. Dan sini dapat disimpulkan secara umum bahwa logam jika dipanasi akan bertambah panjang.
Sedangkan paham idealisme mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa, spirit. Ide ini merupakan ide Plato yang inemberikan jalan untuk mempelajari paham idcalisme zaman modern. Para pengikut aliran ini pada umumnya, sumber Filsafatnya mengikuti filsafat kritisismenya Immanuel Kant Fitche (1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut idealisme subjektif merupakan murid Kant. Sedang Scelling, filsafatnya dikenal dengan fisafat idealisme objektif. Kedua idealisme ini lalu disentesiskan dalam filsafat idealisme mutlaknya Hegel (1770-1831).
Pada paham empirisme dinyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. Paham ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Mereka menentang pendapat para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat a priori. Pelopor aliran ini adalah Francis Bacon, kemudian dikembangkan oleh Thomas Hobbes, John Lock, dan David Hume.


Sedangkan pada abad XX, aliran filsafat banyak sekali sehingga sulit digolongkan, karena makin eratnya kerja sama internasionĂ l. Namun sifat-sifat filsafat pada abad ini lawannya abad XIX, yaitu anti positivistis, tidak mau bersistem, realistis, menitikberatkan pada manusia, pluralistis, antroposentrisme, dan pembentukan subjektivitas modern.




BAB III
SIMPULAN
Simpulan
Renaissance berasal dari bahasa Perncis yang berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di eropa. Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha besar Descartes untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru memang didalam bidang filsafat. Zaman renaissance kurang menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains.
Perkembangan ilmu pada zaman modern (abad ke-18) telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika. Di abad ke-9 lahir semisal pharmakologi, geofisika, geormophologi, palaentologi, arkeologi, clan sosiologi. Abad ke-20 mengenal ilmu teori informasi, logika matematika, mekanika kwantum, fisika nuklir, kimia nuklir, radiobiologi, oceanografi, antropologi budaya, psikologi, dan sebagainya.









DAFTAR PUSTAKA

• Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997
• Drs. H. Ahmad Syadani M.A., Drs. Muzakir, Filsafat Umum, Pustaka Setia, Bandung, 1997
• Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. Filsafat Ilmu. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2007

ARTIKEL TERKAIT:

Post a Comment

Mari kasih komentar, kritik, dan saran. Jangan lupa juga isi buku tamunya. :D

NB: No Porn, No Sara', No women, No cry

Cari disini

#Pengunjung

Instagram