Ikuti @fauzinesia

PENCERAHAN(AUFKLARUNG)

FAUZIANNOR: 0901210208

PENCERAHAN(AUFKLARUNG)

Pada abad ke-18 dimulailahsuatu zaman baru, yang memang telah berakhir pada Renaissance serta yang mewujudkan buah pahit dari rasionalisme dan emperisme.abad ke-18 disebut zaman pencerahanMenurut Immanuil Kant zaman pencerahan adalah zaman manusia keluar dari keadaan tidak akil balik, yang desebut karena kesalahan manusia sendiri. Voltaire menyebut zaman pencerahan adalah “zaman akal”.Kesalahan itu terletak dalam keengganan atau ketidak-inginan manusia untuk memamfaatkan rasionya; orang lebih suka berpaut pada otoritas lain di luar dirinya (wahyu ilahi, nasihat para ahli, otoritas agama, atau negara).

Keyakinan pencerahan akan masa depan yang cerah mendapat dukungan kuat dari ilmu pengetahuan yang berkembang pesat kala itu, terutama ilmu pengetahuan alam dan teknik. Misalnya di Inggris, muncullah Isaac Newton (1643-1727) dengan hukum gravitasinya yang tidak mengijinkan segala macam spekulasi atau hipotesis atas fenomena dunia, melainkan menjamin kepastian. Di kalangan penyair, Newton dipuja sebagai pembawa terang: Nature and nature’s laws lay hid in night. God said, “Let Newton be!” and all was light. (Pada awalnya alam dan hukumnya tersembunyi dalam kegelapan malam. Tuhan berfirman “Jadilah Newton !”, maka segala sesuatunya menjadi terang).

PENCERAHAN DITIGA KAWASAN PENTING

1.Inggris

Dalam wilayah sosial-politik, dihasilkanlah naskah-naskah penting yang menjamin kebebasan warga, mislahnya Habeas Corpus (1679) yang menetapkan bahwa seorang tahanan harus dihadapkan kepada seorang hakim dalam waktu tiga hari dan diberi tahun atas tuduhan apa ia ditahan. Hal ini menjadi dasar prinsip hukum bahwa seseorang hanya boleh ditahan atas perintah hakim.

Dalam ranah lainnya, Undang-undang Pers tahun 1693 menjamin kebebasan berpendapat bagi segenap warga. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki hak untuk mengajukan kritik terhadap otoritas gereja atau negara tanpa perlu merasa takut. John Locke (1632-1704) mendesak agar dalam pemerintahan perlu ada pembagian kekuasaan dan memberikan jaminan atas hak kelompok minoritas.
2. Prancis

Pencerahan di Prancis berlangsung secara liberal dan radikal –dengan sentimen anti-Gereja. Voltaire (1694-1778) menyerukan pemusnahan gereja “Ecrasez l’infâme !” (luluh lantakkan yang buruk). Contoh lainnya, adalah pendirian patung Dewi Rasio di dalam katedral Notre Dame, tahun 1793. Puncaknya adalah manakala Prancis mencapai Revolusi Prancis yang diawali dengan penyerbuan penjara Bastille, tempat para tahanan politik dikurung, tanggal 14Juli1789.
3.Jerman
Pencerahan di Jerman lebih fokus pada persoalan moral dan upaya untuk menemukanhubungan antara rasio dan agama.Gotthold Ephrain Lessing (1729-1781) dalam bukunya Pendidikan Bangsa Manusia melihat bahwa dengan dorongan semangat Pencerahan kelak akan tiba suatu jaman ketika kebenaran-kebenaran wahyu Allah dalam kitab suci akan digantikan dengan kebenaran-kebenaran berdasarkan akal budi, suatu jaman ketika orang “melakukan yang baik, karena hal itu adalah sesuatu yang baik, bukan karena adanya semacam ganjaran yang datang daripadanya”
Suatu ‘otonomi manusia’ menjadi proyek besar di sini. Suatu otonomi dalam berpikir dan menentukan tindakannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang ia yakini sebagai sesuatu yang baik, benar, dan tahan uji. Hal ini pulalah yang kita dapati dalam filsafatnya Kant. Bagi Kant, sudah tiba saatnya untuk menyatakan bahwa akal budi manusia adalah ukuran dan prinsip untuk segala-galanya; untuk apa saja yang ia ketahui (segi epistemologi), untuk apa saja yang ia perbuat (segi moral), dan untuk apa saja yang ia harapkan (segi teleologis).
Pandangan Kant di atas, mengarah pada ‘subjektivitas’ manusia. Berkat rasionya, sang ‘Aku’ menjadi pusat pemikiran, pusat pengetahuan, pusat perasaan, pusat kehendak, dan pusat tindakan sehingga manusia bukan lagi sebagai viator mundi (peziarah di dunia), melainkan sebagai faber mundi (pembuat dunia).

PARA FILOSOF JAMAN PENCERAHAN

Terdapat dua aliran filsafat yang saling bertentangan pada jaman ini, yaitu rasionalisme dan empirisme.

RASIONALISME

(Khususnya di Prancis dan Jerman) adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan sejati adalah akal budi atau rasio, bukan pengalaman. Pengalaman hanya dapat dipakai untuk menegaskan pengetahuan yang telah didapatkan dari rasio. Rasio sendiri tidak memerlukan pengalaman; ia dapat menurunkan kebenaran-kebenaran dari dirinya sendiri berdasarkan asas-asas yang pasti. Metode kerjanya bersifat deduktif. Contohnya Matematika.

PARA FILSUF RASIONALISME

Para filsuf Rasionalisme sepakat bahwa rasio manusia mampu mengenal dan menjelaskan seluruh realitas berdasarkan asas atau prinsip pertama. Hanya mereka tidak sepakat mengenai jumlahnya. Menurut Descartes, prinsip pertama itu memiliki dua (atau lebih tepat tiga) substansi. Adapun Spinoza mengatakan hanya ada satu substansi. Sementara Leibniz mengatakan ada banyak substansi
yang disebutnya sebagai monade.

Rene Descartes (Nama Latinnya, Renatus Cartesius, 1596-1650) dijuluki Bapak Filsafat modern. Filsafat Descartes berawal dari satu pertanyaan: Apakah ada metode yang pasti sebagai dasar untuk melakukan refleksi filosofis? Untuk menjawabnya, Descartes melakukan apa yang kemudian dinamakan sebagai sikap keragu-raguan radikal. Ia menganggap bahwa segala sesuatu yang ada hanyalah tipuan, dan tidak ingin menerima apapun sebagai ssesuatu yang benar, jika kita tidak memahaminya secara jelas dan terpisah. Hanya yang bisa dipahami dengan jelas dan terpisah itulah yang menjadi norma untuk menentukan kepastian dan kebenaran.
Namun, jika segala sesuatu diragukan keberadaannya, ada satu hal yang sama sekali tidak bisa diragukan lagi sehingga harus diterima secara mutlak, yakni kenyataan bahwa Aku yang sedang meragukan segala sesuatu ini ada! Orang bisa menyangkal segala sesuatu, namun ia tidak bisa menyangkal keberadaan dirinya sendiri. “Saat aku mencermati dan berpikir bahwa segala sesuatu adalah salah…, pada saat itu aku menyadari kebenaran ini:
“Aku berpikir, maka aku ada”. Kebenaran ini tampak sangat jelas dan pasti, sehingga anggapan kaum Skeptis tida bisa mengguncangkannya. Sehingga aku merasa yakin aku bisa menerima kebenaran ini sebagai prinsip pertama filsafat yang tengah aku cari ”
Ungkapan Descartes mengisyaratkan satu hal bahwa pemikiran atau kesadaran tidak bisa dipisahkan dari diri seseorang. Hakikat manusia adalah pemikiran(rescogitans)
“Benar, aku hanyalah makhluk yang berpikir Makhluk yang bisa meragukan,mengamati,membenarkan,menolak,menginginkan,tidak menginginkan, berimajinasi, dan merasakan”
Bagi Descartes, kesadaran diri seseorang harus diterima sebagai kebenaran karena saya memahaminya dengan jelas dan terpisah. Dan inilah kerangka-bangun filsafat Descartes.
Berkat kesadaran diri yang diperoleh dari refleksi atas keraguan radikal, Deskartes membangun suatu jalan kepastian intuitif yaitu dengan cara dua langkah:

1.Arah “ke dalam” atau pada kesadaran individu bersangkutan.
Menurut Descartes, karena segala sesuatu dari luar tidak bisa dipercaya, manusia perlu mencari kebenaran dalam dirinya sendiri, sambil menggunakan kriteria di atas (jelas dan terpisah). Sebagai hasilnya, Descartes menemukan bahwa dalam diri manusia ada tiga hal yang disebutnya“ide-ide bawaan” (Ideae innatae).
Ide/pemikiran(cogitatio), Ide tuhan (deus), Ide keluasan (extentio).

2.Arah “keluar”
Dari adanya kesadaran diri (cogito), Descartes berusaha memahami realitas alam-dunia. Seperti halnya para pemikir Yunani dan Skolastik, Descartes juga sampai pada kesimpulan bahwa apa yang ada merupakan suatu substansi, yakni “ada” yang berdiri sendiri. Menurut Descartes, selain (1) Allah, masih ada dua substansi lain, yakni (2) jiwa yang dalam hal ini adalah pemikiran, (3) materi atau keluasaan. Namun, karena Descartes meragukan keberadaan segala sesuatu, maka ia kesulitan untuk menerima adanya suatu realitas lain di luar kesadaran, yakni realitas alam-dunia material yang mempunyai kejelasan dan keterpisahan tersendiri. Saat menghadapi hal ini, Descartes menemukan jalan keluarnya pada Allah sebagai penyebab pandangan kesempurnaan.
Bagi Descartes, Allah sebagai wujud sempurna tidak mungkin menipu. Disinilah, Descartes menjadikan Allah sebagai penjamin kepastian pengetahuan kita mengenai realitas material-empiris atau alam dunia. Proses pengetahuan di awali dari “Aku” melalui Allah menuju dunia. Dilihat dari sisi objek-materialnya (dunia), Allah adalah yang pertama, segala sesuatu berdasar kepada-Nya. Namun, dilihat dari sudut proses pengetahuan, kesadaran manusialah yang pertama.

EMPIRISME

Adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa pengalaman (empeiria, Yunani) merupakan sumber utama pengetahuan, baik pengalaman lahiriah ataupun pengalaman batiniah. Rasio bukan sumber pengetahuan, tetapi ia bertugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman untuk dijadikan pengetahuan. Metodenya bersifat induktif. Contohnya Ilmu Pengetahuan Alam.


PARA FILSUF EMPERISME
Rasionalisme dianut oleh para filsuf di wilayah Eropa, sedangkan Empirisme berasal dari Inggris. Empirisme dirintis oleh Francis Bacon yang menekankan metode empiris-eksperimental dalam menyelidiki apa yang bisa diketahui manusia. Setelah Bacon, Hobbes mendasarkan filsafat politiknya pada penelitian empiris atau motivasi-motivasi manusia yang dibandingkannya dengan sebuah arloji. Locke membangun epistemologinya dengan didasarkan pada anggapan bahwa semua pengetahuan manusia berasal dari pengalaman indrawi.

ARTIKEL TERKAIT:

Post a Comment

Mari kasih komentar, kritik, dan saran. Jangan lupa juga isi buku tamunya. :D

NB: No Porn, No Sara', No women, No cry

Cari disini

#Pengunjung

Instagram