Ikuti @fauzinesia

ABDULLAH BIN ABBAS

FAUZIANNOR : 0901210208
NUVIYANA NOR ADIBAH : 0901210255


BAB I
PEMBAHASAN

ABDULLAH BIN ABBAS


Nama lengkapnya Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib Al-Qurasyi Al-Hasyimi, biasa dipanggil Abu Abbas dan digelari Habs Al-Ummah (ulama ummat) dan Turjuman Al-Quran (pakar tafsir Al-Quran).Ia lahir di Asy-Sya’ab tahun tiga sebelum hijriah bertepatan dengan pengepungan orang-orang kafir Quraisy terhadap kaum muslimin.
Ia berwajah tampan, tutur katanya fasih, dan warna kulitnya putih. Ia adalah putra paman nabi, Abbas bin Abdul Muthallib. Ia tergolong seorang ulama, pakar tafsir Al-Quran,dan berwawasan luas. Ia adalah sahabat nabi yang paling banyak memberi fatwa hukum dan paling sering malakukan Ijtihad ungtuk menyimpulkan hukum.
Ia adalah salah satu dari empat serangkai yang dijuluki AL-‘ABADAH (empat orang yang bernama Abdullah). Meraka adalah Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Amr.
Ada kesamaan antara Abdullah bin Anas dengan Abdullah bin Zubair. Keduannya sama berinteraksi dengan Rasulullah saat masih kanak-kanak. Saat Rasulullah wafat, Abdullah bin Anas belum beranjak dewasa. Namun, dialah orang yang sejak kecil telah menerima kerangka kedewasaan dan prinsip hidup dari Rasulullah, dimana beliau sendiri memberikan perhatian khusus kepada Abdullah bin Abbas: mendidiknya dan memberikan hikmah kepadanya. Dengan iman yang kokoh, akhlak mulia dan ilmu yang luas, ia berhasil duduk diposisi tertinggi diantara para sahabat Rasulullah.
Sejak kecil, ia telah mengetahui jalan hidupnya, dan semakin bertambah setelah Rasulullah mengelus pundaknya dan berdoa, “Ya Allah, ajarkan kepadanya ilmu agama dan takwil.” Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeda-beda rasulullah sering mengulangi doa ini untuk sepupunya itu. Sejak saat itu, ia menyadari bahwa dirinya diciptakan untuk ilmu dan pengetahuan. Di samping itu, kemampuan otaknya memberikan dorongan kuat kepadanya untuk menapaki jalan itu.

ABDULLAH BIN ABBAS DALAM MENUNTUT ILMU

• IA SELALU MENDATANGI PARA SHAHABAT UNTUK BERTANYA TENTANG ILMU

Meskipun saat Rasulullah wafat ia baru berusia 13 tahun,tapi sejak kecil ia selalu hadir dalam majelis taklim beliau. Ia tidak mau masa kecilnya berlalu sia-sia. Setelah Rasulullah wafat, ia sangat gigih mempelajari islam dari para sahabat, terutama yang belum sempat ia pelajari dari Rasulullah. Dibenaknya sudah tertanam tanda tanya besar, sehingga jika ia mendengar ada seseorang yang mengetahui ada suatu hikmah atau menghapal suatu hadits, ia segera mendatangi orang itu dan belajar darinya.
• IA SELALU GIGIH DALAM MENUNTUT ILMU
Otaknya yang cemerlang dan selalu haus mendorongnya untuk meneliti setiap yang didengar. Ia tidak hanya menghimpun pengetahuan, tetapi juga meneliti sumber-sumbernya. Ia pernah menceritakan pengalamannya “ Aku pernah bertanya kepada 30 orang sahabat mengenai satu masalah.”
Ia juga pernah menggambarkan kegigihannya dalam menuntut ilmu, Setelah Rasulullah wafat, aku berkata kepada seorang pemuda Anshar, ‘Marilah kita bertanya kepada sahabat rasulullah, selagi jumlah mereka saat ini masih banyak.”
Pemuda itu menjawab, “Kamu ini aneh sekali, Abdullah. Apakah kamu kira orang-orang akan membutuhkanmu, sementara diantara kamu masih ada terdapat para shahabat? ” Pemuda itu pun pergi dan, sementara aku tetap bertanya kepada para shahabat.
Aku pernah mendengar bahwa seorang sahabat memiliki satu hadits. Maka kudataangi rumahnya. Saat itu, ia sedang tidur siang. Ku-bentangkan kainku dimuka rumahnya untuk duduk. Aku terus menunggu hingga tubuhku penuh debu yang diterbangkan angin.
• IA SANGAT TELITI DENGAN PENGAMBILAN ILMU
Demikianlah pemuda kita yang agung ini bertanya, kemudian bertanya dan bertanya lagi, lalu dicarinya jawaban dengan teliti, dan dikajinya dengan seksama dan dianalisanya dengan fikiran yang berlian.

Dari hari ke hari pengetahuan dan ilmu yang dimilikinya berkembang dan tumbuh, hingga dalam usianya yang muda belia telah cukup dimilikinya hikmat dari orang-orang tua, dan disadapnya ketenangan dan kebersihan pikiran mereka, sampai-sampai Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab radhiallahu anhu menjadikannya kawan bermusyawarah pada setiap urusan penting dan menggelarkannya "pemuda tua" ...
Pada suatu hari ditanyakan orang kepada Ibnu Abbas:
"Bagaimana anda mendapatkan ilmu ini ... ?"
Jawabnya: -"Dengan lidah yang gemar bertanya, dan akal yang suka berfikir... !"
Maka dengan lidahnya yang selalu bertanya dan fikirannya yang tak jemu-jemunya meneliti, serta dengan kerendahan hati dan pandainya bergaul.
Sa'ad bin Abi Waqqash melukiskannya dengan kalimat-kalimat seperti ini
Tak seorang pun yang kutemui lebih cepat mengerti, lebih tajam berfikir dan lebih banyak dapat menyerap ilmu dan lebih luas sifat santunnya dari Ibnu Abbas ... ! Dan sungguh, kulihat Umar memanggilnya dalam urusan-urusan pelik, padahal sekelilingnya terdapat peserta Badar dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Maka tampillah Ibnu Abbas menyampaikan pendapatnya, dan Umar pun tak hendak melampaui apa katanya!"

Seorang Muslim penduduk Bashrah melukiskannya pula sebagai berikut:
"Ia mengambil tiga perkara dan meninggalkan tiga perkara ....
1. Menarik hati pendengar apabila ia berbicara.
2. Memperhatikan setiap ucapan pembicara.
3. Memilih yang teringan apabila memutuskan perkara.
Dan:
1. Menjauhi sifat mengambil muka.
2. Menjauhi orang-orang yang rendah budi.
3. Menjauhi setiap perbuatan dosa.


Maka ia pun menjadi tepatan bagi orang-orang pang mencari ilmu, berbondong-bondong orang datang dari berbagai penjuru negeri Islam untuk mengikuti pendidikan dan mendalami ilmu pengetahuan. Di samping ingatannya yang kuat bahkan luar biasa itu, Ibnu Abbas memiliki pula kecerdasan dan kepintaranyangistemewa.
Ibnu Abbas tidak saja memiliki kekayaan besar berupa ilmu pengetahuan semata, tapi di samping itu ia memiliki pula kekayaan yang lebih besar lagi, yakni etika ilmu serta akhlak para ulama. Dalam kedermawanan dan sifat pemurahnya, Ia bagaikan Imam dengan,panji-panjinya. Dilimpah-ruahkannya harta bendanya kepada manusia, persis sebagaimana ia melimpah ruahkan ilmunya kepadsa mereka.
Beliau berkata "Setiap aku mengetahui suatu ayat dari kitabullah, aku berharap kiranya semua manusia mengetahui seperti apa yang kuketahui itu ... ! Dan setiap aku mendengar seorang hakim di antara hakim-hakim Islam melaksanakan keadilan dan memutus sesuatu perkara dengan adil, maka aku merasa gembira dan turut mendu'akannya ..., padahal tak ada hubungan perkara antaraku dengannya ... ! Dan setiap aku mendengar turunnya hujan yang menimpa bumi Muslimin, aku merasa berbahagia, padahal tidak seekor pun binatang ternakku yang digembalakan dibumi tersebut.

Inilah kedudukan yang diraih oleh Ibnu Abbas dalam keilmuan. Karenanyalah, khalifah Ali mengutusnya untuk berdialog dengan kaum Khawarij karena mereka keluar dari pemerintahan Ali. Ibnu Abbas pun mendatangi mereka dan berdialog dengan bertanya tentang argumentasi mereka. Semua argumentasi yang mereka sampaikan dijawab oleh Ibnu Abbas. Belum lagi debat itu selesai, 2000 orang di antara mereka bangkit serentak menyatakan kepuasan mereka terhadap keterangan-keterangan Ibnu Abbas dan sekaligus memaklumkan penarikan diri mereka dari memusuhi imam Ali.
Ia seorang ahli ibadah yang tekun beribadat dan rajin bertaubat ..., sering bangun di tengah malam dan shaum di waktu siang, dan seolah-olah kedua matanya telah hafal akan jalan yang dilalui oleh air matanya di kedua pipinya, karena seringnya ia menangis, balk di kala ia shalat maupun sewaktu membaca alquran ....Dan ketika ia membaca ayat-ayat alquran yang memuat berita duka atau ancaman, apalagi mengenai maut dan saat dibangkitkan, maka isaknya bertambah keras dan sedu sedannya menjadi-jadi ... !

Demikianlah kehidupan Ibnu Abbas, dipenuhi dunianya dengan ilmu dan hikmat, dan disebarkan di antara ummat buah nasehat dan ketaqwaannya. Dan pada usianya yang ketujuhpuluh satu tahun, ia di panggil untuk menemui Tuhannya Yang Maha Agung. Maka kota Thaif pun menyaksikan perarakan besar, di mana seorang Mu'min diiringkan menuju surganya. Dan tatkala tubuh kasamya mendapatkan tempat yang aman dalam kuburnya, angkasa bagai berguncang disebabkan gema janji Allah yang haq:

"Wahai jiwa yang aman tenteram! Kembalilah kamu kepada Tuhanmu dalam keadaan ridla dan diridlai. Maka masuklah ke dalam lingkungan hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surgaKu".























BAB II
SIMPULAN

Nama lengkapnya Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib Al-Qurasyi Al-Hasyimi, biasa dipanggil Abu Abbas dan digelari Habs Al-Ummah (ulama ummat) dan Turjuman Al-Quran (pakar tafsir Al-Quran).Ia lahir di Asy-Sya’ab tahun tiga sebelum hijriah bertepatan dengan pengepungan orang-orang kafir Quraisy terhadap kaum muslimin.
Ia adalah salah satu dari empat serangkai yang dijuluki AL-‘ABADAH (empat orang yang bernama Abdullah). Meraka adalah Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Amr.
Meskipun saat Rasulullah wafat ia baru berusia 13 tahun,tapi sejak kecil ia selalu hadir dalam majelis taklim beliau. Otaknya yang cemerlang dan selalu haus mendorongnya untuk meneliti setiap yang didengar. Ia tidak hanya menghimpun pengetahuan, tetapi juga meneliti sumber-sumbernya. Ia pernah menceritakan pengalamannya “ Aku pernah bertanya kepada 30 orang sahabat mengenai satu masalah.”
Pada usianya yang ketujuhpuluh satu tahun, ia di panggil untuk menemui Tuhannya Yang Maha Agung di kota Tho’if.












DAFTAR PUSTAKA

Harahap Khairul Amru, Fauzan Akhmad, tokoh2 islam sepanjang sejarah, pustaka alkautsar, Jakarta timur,2008

Dhofir Muhil, 60 sirah sahabat rasulullah , Al, I’tishom cahaya umat,Jakarta timur, thn, 2007

http://arshavin08.blogspot.com/2008/07/biografi-abdullah-bin-abbas.html

ARTIKEL TERKAIT:

Post a Comment

Mari kasih komentar, kritik, dan saran. Jangan lupa juga isi buku tamunya. :D

NB: No Porn, No Sara', No women, No cry

Cari disini

#Pengunjung

Instagram